Selasa, 12 Januari 2016

Makalah Ilmiah Sosiolinguistik



Kolokial pada Kelompok Ibu-Ibu Pengajian
“Khusnul Khotimah”


Sosiolinguistik

Dosen pengampu : Prembayun Muji Lestari

Oleh
KHOIRIYAH
2601413095
Rombel 4




PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014-2015


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.
Menurut para ahli, Rene Apple berpendapat bahwa “Sosiolinguistik adalah studi tentang bahasa dan pemakaian bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat dan kebudayaan”.
 Sedangkan sosiolinguistik menurut Fishman adalah “studi tentang karakteristik, variasi bahasa dan sifat-sifat khusus pemakaian bahasa serta perubahan-perubahan antara ketiganya di dalam masyarakat tuturnya”.
Manusia dalam masyarakat mempunyai sifat elastis karena manusia bermasyarakat, sehingga menempati tempat dan menemui suasana yang sangat bervariasi dan disebabkan juga oleh manusia yang mempunyai daya kreatif secara alamiah. Banyak hal yang melatarbelakangi variasi bahasa dalam masyarakat yang sangat menarik. Berbagai masalah dan kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari menuntut kita untuk dapat menggunakan variasi bahasa tersebut sesuai dengan tempat, waktu, dan keadaan.
Oleh karena itu, masyarakat pengguna bahasa itu beragam maka bahasa yang dipergunakan juga beragam. Keragaman bahasa ini menghasilkan apa yang disebut variasi bahasa. Sebenarnya dalam hak variasi bahasa ini terdapat dua pandangan yang berbeda. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial, maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak akan ada; artinya, bahasa itu menjadi seragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima atau pun ditolak. Yang jelas, variasi atau ragam bahasa itu dapat diklarifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial (Abdul Chaer, 1995:81).
Jadi, di dalam variasi itu terdapat pola-pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Variasi bahasa dapat dilihat dari tempat, waktu, penutur, situasi, dialek yang dihubungkan dengan sapaan, status, dan pemakaiannya (ragam) (mansoer Pateda, 1987 : 52-53).
Makalah ini tidak akan membahas semua jenis variasi bahasa yang ada, akan tetapi terbatas pada kolokial saja. Yaitu kolokial pada sebuah kelompok ibu-ibu pengajian di daerah Semarang Utara.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bahasa apa yang digunakan di dalam kegiatan pengajian?
2.      Contoh variasi bahasa (kolokial) yang digunakan di dalam kegiatan pengajian?




C.     Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui penggunaan bahasa yang sering digunakan di dalam kegiatan pengajian.
2.      Mengetahui contoh dari variasi bahasa yang digunakan di dalam pengajian.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Bahasa yang digunakan Kelompok Khusnul Khotimah
Kelompok ibu-ibu pengajian di daerah Kota Semarang, tepatnya di Magesen Poncol RT. 07 RW. 06 ini bernama Khusnul Khotimah. Jumlah anggotanya ada 31 pada tahun ini, rata-rata lansia, tetapi ada juga beberapa yang belum termasuk lansia. Kegiatan pemaosan (pengajian) biasa dilaksanakan dua minggu sekali pada malam jumat, dan tempatnya di kocok jatuh pada salah satu nama anggota, yang rumahnya dijadikan sebagai tempat pengajian rutin dan itu bergiliran. Kemudian akan diberi uang meja sebesar Rp. 40.000,- untuk makanan ringan dan minuman. Jika pihak tuan rumah menginginkan ada makan besar, maka akan ditanggung sendiri.
Ibu-ibu Khusnul Khotimah sehari-hari menggunakan bahasa Jawa, begitu juga saat pengajian berlangsung mereka menggunakan bahasa Jawa. Kecuali saat pembacaan Asmaul Husna, Yasin, dan Shalawat Nabi, menggunakan bahasa Arab.

2.      a. Pengertian Kolokial
Kolokial (colloquial) adalah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat penutur bahasa di daerah tertentu, kolokial dikenal juga sebagai bahasa sehari-hari, bahasa percakapan (Maryono D, 1995 ; 28). Kolokial terjadi pada ragam bahasa lisan, karena ragam bahasa lisan cenderung bersifat praktis dan bersifat melanggar aturan kaidah tatabahasa. Bahasa kolokial khas situasi bertutur tertentu, yakni situasi santai (Basuki Suhardi, 1995 : 163). Kosakatanya berupa kata-kata yang telah mengalami penurunan sesuai situasi.

b.  Ciri-ciri dari Kolokial
ü  Kolokial menggunakan ragam bahasa lisan bukan tulisan
ü  Ujaran dan isi pembicaraan yang ringkas
ü  Bobot pembicaraan ringan
ü  Adanya kedekatan antara kedua penutur.


c. Contoh Kolokial Bahasa Jawa di dalam Kelompok Khusnul Khotimah

·         Ibu menjadi Bu
Contoh kata “Bu, mangga dipunwiwiti”
·         Assalamualikum Warrahmatullahi Wabarrakatu menjadi Assalamualaikum
Contoh kata “Assalamualaikum ibu-ibu”
·         Kanggo menjadi Nggo
Contoh kata “Buku kuwi nggo apa ta?”
·         Inggih menjadi Nggih
Contoh kata “Wancine maos Yasin nggih?”
·         Dumugi menjadi Dugi
Contoh kata “Nuwun pangapunten, kula nembe dugi”
·         Sampun menjadi Mpun
Contoh kata “Kula mpun kas bayar kalawingi”



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ø  Dari beberapa pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa kolokial dikenal dengan bahasa sehari-hari.
Ø  Kolokial mengkesampingkan kaidah tatabahasa yang dipentingkan adalah keterpahaman antara kedua penutur.
Ø  Kolokial digunakan dalam dialek tertentu, pada ragam bahasa non-formal



DAFTAR PUSTAKA


Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
wawancara dengan narasumber /2015/06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar