Kolokial pada
Kelompok Ibu-Ibu Pengajian
“Khusnul Khotimah”
Sosiolinguistik
Dosen pengampu :
Prembayun Muji Lestari
Oleh
KHOIRIYAH
2601413095
Rombel 4
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014-2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sosiolinguistik
adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat
penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan
bahasa masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.
Menurut
para ahli, Rene Apple berpendapat bahwa “Sosiolinguistik adalah studi tentang
bahasa dan pemakaian bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat dan
kebudayaan”.
Sedangkan sosiolinguistik menurut Fishman
adalah “studi tentang karakteristik, variasi bahasa dan sifat-sifat khusus
pemakaian bahasa serta perubahan-perubahan antara ketiganya di dalam masyarakat
tuturnya”.
Manusia
dalam masyarakat mempunyai sifat elastis karena manusia bermasyarakat, sehingga
menempati tempat dan menemui suasana yang sangat bervariasi dan disebabkan juga
oleh manusia yang mempunyai daya kreatif secara alamiah. Banyak hal yang
melatarbelakangi variasi bahasa dalam masyarakat yang sangat menarik. Berbagai
masalah dan kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari menuntut kita untuk
dapat menggunakan variasi bahasa tersebut sesuai dengan tempat, waktu, dan
keadaan.
Oleh
karena itu, masyarakat pengguna bahasa itu beragam maka bahasa yang dipergunakan
juga beragam. Keragaman bahasa ini menghasilkan apa yang disebut variasi
bahasa. Sebenarnya dalam hak variasi bahasa ini terdapat dua pandangan yang
berbeda. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Jadi variasi bahasa itu terjadi
sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
Andaikata penutur bahasa itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status
sosial, maupun lapangan pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak
akan ada; artinya, bahasa itu menjadi seragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa
itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima atau pun
ditolak. Yang jelas, variasi atau ragam bahasa itu dapat diklarifikasikan
berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat
sosial (Abdul Chaer, 1995:81).
Jadi,
di dalam variasi itu terdapat pola-pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa itu
dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh makna
tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Variasi bahasa dapat
dilihat dari tempat, waktu, penutur, situasi, dialek yang dihubungkan dengan
sapaan, status, dan pemakaiannya (ragam) (mansoer Pateda, 1987 : 52-53).
Makalah
ini tidak akan membahas semua jenis variasi bahasa yang ada, akan tetapi
terbatas pada kolokial saja. Yaitu kolokial pada sebuah kelompok ibu-ibu
pengajian di daerah Semarang Utara.
B.
Rumusan Masalah
1. Bahasa
apa yang digunakan di dalam kegiatan pengajian?
2. Contoh
variasi bahasa (kolokial) yang digunakan di dalam kegiatan pengajian?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk
mengetahui penggunaan bahasa yang sering digunakan di dalam kegiatan pengajian.
2. Mengetahui
contoh dari variasi bahasa yang digunakan di dalam pengajian.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Bahasa yang digunakan Kelompok Khusnul
Khotimah
Kelompok
ibu-ibu pengajian di daerah Kota Semarang, tepatnya di Magesen Poncol RT. 07
RW. 06 ini bernama Khusnul Khotimah. Jumlah anggotanya ada 31 pada tahun ini, rata-rata
lansia, tetapi ada juga beberapa yang belum termasuk lansia. Kegiatan pemaosan
(pengajian) biasa dilaksanakan dua minggu sekali pada malam jumat, dan tempatnya
di kocok jatuh pada salah satu nama anggota, yang rumahnya dijadikan sebagai
tempat pengajian rutin dan itu bergiliran. Kemudian akan diberi uang meja
sebesar Rp. 40.000,- untuk makanan ringan dan minuman. Jika pihak tuan rumah
menginginkan ada makan besar, maka akan ditanggung sendiri.
Ibu-ibu
Khusnul Khotimah sehari-hari menggunakan bahasa Jawa, begitu juga saat
pengajian berlangsung mereka menggunakan bahasa Jawa. Kecuali saat pembacaan
Asmaul Husna, Yasin, dan Shalawat Nabi, menggunakan bahasa Arab.
2.
a. Pengertian Kolokial
Kolokial
(colloquial) adalah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh masyarakat penutur
bahasa di daerah tertentu, kolokial dikenal juga sebagai bahasa sehari-hari,
bahasa percakapan (Maryono D, 1995 ; 28). Kolokial terjadi pada ragam bahasa
lisan, karena ragam bahasa lisan cenderung bersifat praktis dan bersifat
melanggar aturan kaidah tatabahasa. Bahasa kolokial khas situasi bertutur
tertentu, yakni situasi santai (Basuki Suhardi, 1995 : 163). Kosakatanya berupa
kata-kata yang telah mengalami penurunan sesuai situasi.
b. Ciri-ciri dari Kolokial
ü Kolokial
menggunakan ragam bahasa lisan bukan tulisan
ü Ujaran
dan isi pembicaraan yang ringkas
ü Bobot
pembicaraan ringan
ü Adanya
kedekatan antara kedua penutur.
c.
Contoh Kolokial Bahasa Jawa di dalam Kelompok Khusnul Khotimah
·
Ibu
menjadi Bu
Contoh
kata “Bu, mangga dipunwiwiti”
·
Assalamualikum
Warrahmatullahi Wabarrakatu menjadi Assalamualaikum
Contoh
kata “Assalamualaikum ibu-ibu”
·
Kanggo
menjadi Nggo
Contoh
kata “Buku kuwi nggo apa ta?”
·
Inggih
menjadi Nggih
Contoh
kata “Wancine maos Yasin nggih?”
·
Dumugi
menjadi Dugi
Contoh
kata “Nuwun pangapunten, kula nembe dugi”
·
Sampun
menjadi Mpun
Contoh
kata “Kula mpun kas bayar kalawingi”
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Ø Dari
beberapa pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa kolokial dikenal dengan
bahasa sehari-hari.
Ø Kolokial
mengkesampingkan kaidah tatabahasa yang dipentingkan adalah keterpahaman antara
kedua penutur.
Ø Kolokial
digunakan dalam dialek tertentu, pada ragam bahasa non-formal
DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer. 1987.
Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.
wawancara dengan
narasumber /2015/06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar